Thursday, March 10, 2011

Istana Kesultanan Bima (Asi Mbojo)

Kerajaan Mbojo (Bima) yang masuk dalam salah satu catatan perjalanan sejarah Indonesia hingga kini masih meninggalkan sebuah keraton yang pernah menjadi istana sultan-sultan Bima. Keraton yang ada di tengah-tengah kota Bima dan dibangun oleh Sultan Salahudin Kahir tahun 1925 dan 1927 itu masih menampakkan keasliannya. Walau sudah mengalami renovasi, namun renovasi yang dilakukan tetap berpegang pada arsitektur aslinya.Keraton yang di bangun pada masa Sultan Salahudin Kahir ini tetap menjadi kebanggaan warga Mbojo. Sebagaimana lazimnya keraton-keraton di Pulau Jawa, keraton Mbojo juga mempunyai desain mirip bahkan mungkin sama dengan keraton di pulau Jawa.
Inset foto : Gerbang Keraton Bima (kiri), Masjid Keraton Sultan Salahuddin Bima (kanan

Keraton terletak di tengah kota, di depannya terhampar alun-alun. Di sekeliling keraton ditumbuhi pohon beringin dan di sudut yang lainnya terlihat sebuah masjid sebagai tempat ibadah umat Muslim. “Dulu memang ada pohon beringin yang besar-besar tapi sekarang sudah roboh,” tutur Sofran - warga Bima.
Memasuki keraton dengan desain rumah panggung, pengunjung disuguhi berbagai macam peninggalan kerajaan seperti keris, pedang dan juga lambang-lambang kerajaan serta perhiasan. Pengunjung juga bisa memasuki ruang kerja sultan dan tempat tidur yang masih terlihat utuh selain meubeler tua dengan desain khasnya.
Yang unik dari keraton ini, menurut penjaganya ada satu ruangan sebagai tempat eksekusi atas orang-orang yang divonis bersalah. Jika hukuman mati sudah dilaksanakan, mayat orang bersangkutan tidak akan pernah ditemukan dalam ruangan tersebut. “Menurut cerita, ada mahkluk halus yang diperintah untuk membuang mayat-mayat itu,” jelasnya.
Selesai menyusuri sudut-sudut keraton, pengunjung masih disuguhi berbagai buah tangan asli Mbojo seperti ramuan atau kerajinan kayu songgak. Menurut brosur, kayu songgak memiliki khasiat menyembuhkan beberapa penyakit diantaranya rematik dan kencing manis. “Caranya, tinggal tuangkan air dalam gelas songgak. Tunggu beberapa saat baru airnya diminum,” jelas pemandu lainnya.
Soal rasa jangan ditanya. Bagi Anda yang tidak suka rasa pahit bila ingin minum air kayu songgak sebaiknya menyiapkan gula atau penawar rasa pahit lainnya. Gak percaya, boleh coba.

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More